Breaking News
Categories
  • Budaya
  • Filsafat
  • Kesehatan
  • News
  • Opini
  • Pendidikan
  • Photo
  • Profil
  • Religi
  • Sastra
  • Tips
  • MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK MELALUI METODE DISKUSI SISWA KELAS VI SDK RUTO KECAMATAN INERIE KABUPATEN NGADA 2024/2025

    Agu 13 202530 Dilihat

    Oleh:

    ANGELA YULIANA MEO, S.Pd

    Guru SDK Ruto, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada

     

    Abstrak

    Penelitian ini dilaksanakan di SDK Ruto Kecamatan Inerie Kabupaten Ngada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran pendidikan Agama Katolik dengan metode diskusi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI Tahun Pelajaran 2024/2025 dengan jumlah 13 siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

     

    Berdasarkan data yang diperoleh, skor persentase rata-rata siswa di setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase ketuntasan hanya 50%, namun pada siklus II terjadi peningkatan hingga 93%. Maka, penelitian ini dicukupkan pada siklus II karena keterbatasan waktu bagi peneliti dan hasil postest pada siklus II sudah mencapai keberhasilan. Dikatakan demikian karena sudah sesuai dengan standar IKM yaitu 75.

    Kata Kunci : Metode diskusi, aktivitas, hasil belajar, pendidikan Agama Katolik.

     

     

    1. PENDAHULUAN
      • Latar Belakang

    Agama memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia. Agama menjadi penunjuk jalan dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama sangat penting bagi kehidupan umat manusia, maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

    Pendidikan agama dimaksud untuk membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta meningkatkan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan pemahaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.

    Pendidikan Agama Katolik merupakan suatu usaha yang dilakukan agar siswa memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman Kristiani dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan : situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan serta kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.

    • Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana penerapan metode dikusi pada mata pelajaran pendidikan agama Katolik kelas VI SDK Ruto, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada?
    2. Bagaimana penerapan metode dikusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Katolik kelas VI SDK Ruto Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada?
    • Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan metode dikusi kelompok pada mata pelajaran pendidikan agama katolik kelas VI SDK Ruto Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada.
    2. Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan metode dikusi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama katolik kelas VI SDK Ruto Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada.
    • Metodologi Penelitian

    Jenis penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus. Menurut metode tersebut, pelaksanaan penelitian mencakup empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi.

    Subyek yang akan diteliti adalah siswa-siswi kelas VI SDK Ruto yang terdiri dari 7 anak laki-laki, 5 anak perempuan. Jumlah siswa secara keseluruhan yakni 13 anak.

    Penelitian Tindakan Sekolah  dilaksanakan di SDK Ruto, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada. Pemilihan   sekolah    tersebut   bertujuan  untuk  meningkatkan aktivitas dan hasil belajar melalui metode diskusi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

     

    1. KAJIAN TEORI

    Menurut Tohirin (2007: 291) diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersamasama

    Sedangkan Usman (2008: 94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa diskusi kelompok adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling tukar pengalaman dan pendapat dalam memecahkan masalah secara bersama-sama.

    Trinandita (dalam Mulyasa, 2008:1) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Lebih lanjut Trinandita (dalam Mulyasa, 2008:2) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau pun siswa dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

    Menurut Dimyati (2006:12) menyatakan bahwa aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian indikator pembelajaran yang dilakukan siswa secara jasmani dan rohani dalam proses belajar mengajar yang berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran

    Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3) Pada sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan pada sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsita (2008:125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.

    Berdasarkan uraian di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

    1. PEMBAHASAN

    3.1 Deskripsi Kondisi Awal

    Sebelum penerapan Metode Diskusi, situasi kelas pada pembelajaran Agama Katolik kurang kondusif, hanya beberapa siswa saja yang berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan karena pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered) dan menganggap bahwa mata pelajraan Agama Katolik hanyalah mata pelajaran hafalan saja yang tidak diikutsertakan kedalam Ujian Sekolah.

    Dengan digunakannya metode ceramah yang telah dipraktekkan oleh guru selama ini dalam menyampaikan materi pada siswa, guru dapat menentukan secara mutlak materi yang ia ajarkan dan siswa hanya sekedar mendapatkan informasi atas materi yang dipelajari.

    Interaksi antara guru dengan siswa kurang efektif pada saat guru menyampaikan materi, siswa banyak yang tidak fokus memperhatikan penjelasan dari guru. Hal ini dapat terlihat dari adanya siswa yang asyik mengobrol dengan teman sebangkunya, melamun, mengantuk dan mencorat-coret kertas untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan. Dan pada saat guru mempersilahkan siswa untuk bertanya tidak ada yang merespon karena mereka kurang konsentrasi dan mengerti benar terhadap materi yang telah disampaikan guru. Maka yang didapat adalah hasil belajar Agama Katolik yang masih rendah karena hasil rata-rata siswa masih dibawah IKM yang berlaku di SDK Ruto.

    3.2 Deskripsi Hasil Siklus I

    Pada penelitian ini, yang bertindak sebagai pelaksana adalah guru mata pelajaran Agama Katolik  kelas VI (peneliti). Adapun kelas pelaksanaan penelitian adalah kelas VI . Sewaktu peneliti melakukan observasi awal, sebagian besar siswanya kurang mampu memahami dan mengingat materi pelajaran , siswa juga tidak berani bertanya walaupun belum paham dan nilai rata-ratanya masih rendah yaitu hanya 60%. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mencoba untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama Katolik melalui penerapan metode diskusi. Hasil belajar Agama Katolik dalam penelitian ini akan diukur dari hasil Postest yang akan dilaksanakan pada setiap siklus.

    • Perencanaan

    Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti menyampaikan materi kepada siswa. Materi yang akan disampaikan oleh peneliti yang dibantu dengan observer yaitu keanekaragaman dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, peneliti sudah terlebih dahulu mempersiapkan modul ajar yang sudah disusun sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari apa yang sudah direncanakan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

    • Tindakan

    Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 30 Januari 2024  pukul 07.30-09.50 WITA dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Pada saat pelajaran akan dimulai masih ada siswa yang berada diluar kelas, sibuk mengobrol dan satu siswa yang asyik memainkan mainan gambarnya. Setelah dipastikan semua siswa telah masuk ke dalam kelas kemudian  guru membacakan absensi kehadiran siswa untuk mengetahui apakah seluruh siswa hadir pada proses pembelajaran siklus I. Pada siklus I dipastikan siswa hadir semua. Guru menyampaikan kepada siswa mengenai indikator dan materi yang akan dipelajari pada siklus I ini. Selanjutnya guru mengawali materi pada hari ini dengan apersepsi dan motivasi.

    Pada kegiatan apersepsi, guru menjelaskan prosedur dan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, serta mengulang kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian guru menggali pengetahuan siswa tentang keanekaragaman dan kesatuan bangsa Indonesia.

    Selanjutnya pada tahap motivasi, guru mencoba merangsang pengetahuan siswa dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari yaitu tentang keanekaragaman dan kesatuan bangsa Indonesia Salah seorang siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut walaupun belum lengkap. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menambahkannya, dan siswa lainnya menambahkan jawaban temannya yang belum lengkap.

    Sebelum masuk ke materi guru bertanya kepada siswa tentang manfaat mempelajari keanekaragaman dan kesatuan bangsa Indonesia Kelas pun menjadi gaduh, guru berusaha menenangkan kelas. dan selanjutnya Guru menyampaikan indikator dan tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian materi yang telah dipelajari dapat tercapai sempurna. Setelah pemberian apersepsi dan motivasi cukup kemudian memerikan soal pretest pilihan ganda 10 soal, setelah selesai mengerjakan soal pretest barulah guru mulai menjelaskan materi persatuan bangsa Indonesia sesuai indikator. Kemudian guru pun membentuk kelompok menjadi 2 kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 6 orang untuk melakukan diskusi.

    Setelah itu guru memberikan media gambar macam-macam keanekaragaman dan kesatuan bangsa Indonesia kepada setiap kelompok dengan media gambar yang berbeda-beda untuk disikusikan oleh setiap kelompok dan selanjutnya dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok.

    Dengan demikian, guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dengan menerapkankan metode diskusi. Setelah guru selesai memberikan materi dengan menerapkan metode diskusi, guru mulai membagikan postest dalam bentuk pilihan ganda 10 soal pada siswa dengan alokasi waktu 15 menit. Postest pada siklus I sesuai dengan materi pokok yang diberikan yaitu keanekaragaman dan kesatuan bangsa Indonesia Guru memberikan arahan bahwa jawaban langsung dikerjakan dikertas soal tersebut. Setelah dipastikan semua siswa telah mendapat soal, kemudian guru mempersilahkan kepada siswa untuk mengerjakannya dan tidak boleh melihat buku paket. Suasana menjadi gaduh karena siswa mengeluh waktu yang diberikan terlalu cepat dan tidak boleh melihat buku paket. Guru mencoba memberi pengertian bahwa alokasi waktu tersebut sudah diperhitungkan sebelumnya dan memberi memotivasi pada siswa bahwa mereka bisa mengerjakan soal tersebut tepat pada waktunya dan tanpa melihat buku paket. Dengan tidak melihat buku paket dapat diketahui kemampuan mengingat dan memahami pelajaran setelah menerapkan metode diskusi.

    Selama mengerjakan soal postest, peneliti memperhatikan seluruh siswa untuk dapat mengetahui siswa mana saja yang tidak mengerjakan tugas. Ada satu orang siswa yang tidak mengerjakan soal postest tersebut dan sedang bercermin.Guru kemudian menghampirinya dan memberikan sanjungan bahwa tanpa bercermin pun dirinya sudah cantik. Dengan tersipu malu akhirnya siswa tersebut langsung mengerjakan soal postest kembali. Peneliti kembali melakukan pengamatan dan dari pengamatan dapat dipastikan seluruh siswa telah mengerjakan soal postest. Suasana kelas agak sedikit terganggu sebab ada beberapa siswa yang berusaha bertanya kepada teman sebangkunya. Dengan raut wajah yang bingung semua siswa masih serius mengerjakan soal tersebut. Suasana kembali gaduh ketika beberapa siswa selesai mengerjakan soal postest dan telah memberikan pujian positif untuk dirinya sendiri ketika telah berhasil mengerjakan soal. Siswa yang belum selesai berusaha bertanya kepada temannya sehingga suasana kelas kembali gaduh. Setelah waktu yang telah ditentukan habis, seluruh siswa pun memberikan lembar soal yang telah diisi tersebut, namun masih ada beberapa siswa yang belum selesai menjawab soal postest tersebut dan mengeluh agar guru mau menambahkan alokasi waktu dan akhirnya seluruh siswa mau mengumpulkan lembar soal tersebut dan duduk kembali ditempatnya masing-masing.

    Setelah seluruh siswa dipastikan mengumpulkan lembar soal yang telah diisi jawaban, guru menanyakan pendapat siswa tentang soal yang mereka kerjakan. Siswa menjawab bahwa waktu yang diberikan untuk mengisi soal kurang lama sehingga mereka hanya mampu mengerjakan soal tersebut 80%.

    Kemudian guru memberikan pengertian kepada siswa bahwa alasan guru memberikan waktu 15 menit agar siswa dapat lebih disiplin dalam mengerjakan tugas.

    Postest selesai, guru bersama siswa kemudian mencoba untuk menjawab satu persatu pertanyaan yang ada pada soal postest. Siswa terlihat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada soal postest kemudian guru meluruskan jawaban siswa yang belum tepat. Sebelum bel berdering tanda pelajaran selesai, guru memberikan PR kepada siswa agar lebih memahami materi yang diajarkan.

     

     

    • Observasi

    Hasil observasi ditulis pada lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Adapun dari apa yang peneliti dan observer amati selama kegiatan pembelajaran, data awal yang didapat peneliti setelah melakukan pengamatan mengenai proses pembelajaran dengan penerapan metode diskusi pada siklus I. Pemberian apersepsi dan motivasi sangat baik sehingga siswa tertarik mengikuti pelajaran. Guru menjelaskan materi persatuan bangsa Indonesia sesuai dengan modul ajar sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.

    Penataan tempat belajar sangat nyaman yaitu lantai dan ruangan bersih didukung dengan pencahayaan dan ventilasi udara yang cukup sehingga membuat siswa menjadi nyaman belajar serta senang berada di dalam kelas. Antusias siswa sangat tinggi ketika diperkenalkan mengenai metode diskusi yang akan dilakukan kepada siswa dalam mempelajari materi keanekaragaman dan kesatuan bangsa Indonesia, meskipun siswa belum mampu menyebutkan dengan tepat manfaat bagi dirinya dan terlihat masih banyak siswa yang bingung mengenai penerapan metode diskusi. Pada saat diskusi ada beberapa siswa yang ribut mengobrol dengan teman sebangkunya. Siswa masih terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran baik dalam bertanya ataupun dalam menjawab pertanyaan. Ketika selesai memberikan pertanyaan dan menjawaban pertayaan siswa sangat senang ketika dianjurkan untuk memberikan pujian positif untuk dirinya, apalagi ditambah dengan tepuk tangan teman-temannya.

    Ketika mencapai keberhasilan sangat menyenangkan, meskipun masih ada siswa yang tidak mau memberikan pujian positif untuk dirinya dan malas untuk memberikan aplouse ketika mencapai keberhasilan, itu semua terlihat dari raut muka siswa tersebut. Namun pada siklus I nilai pretest masih rendah yaitu terdapat 10 anak yang nilainya belum mencapai IKM.

    Dari penjelasan di atas, diketahui perolehan nilai siswa sebelum tindakan dilakukan dari 13 orang siswa yang mencapai nilai IKM sebesar 40%, sedangkan 60% belum mencapai IKM. Dengan demikian ada peningkatan setelah penerapan metode diskusi dilaksanakan walaupun belum sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti.

     

     

    • Refleksi

    Secara garis besar kegiatan pembelajaran pada siklus I dapat dikatakan masih kurang. Hasil belajar siswa dalam bentuk postest masih rendah karena belum memenuhi standar IKM, Pada saat pengerjaan soal, waktu menjadi sedikit bertambah karena keluhan siswa bahwa mereka belum selesai mengerjakan soal. Sedangkan pada saat pengerjaan soal masih ada beberapa kekurangan diantaranya, masih ada siswa yang berusaha melihat buku, masih ada siswa yang bertanya pada teman sebangkunya, meminjam Tipe-X dan sangat mengganggu ketika proses pembelajaran. Sedangkan dalam proses pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang berani untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu menggunakan metode diskusi belum maksimal karena siswa belum berani dalam mengemukakan pendapatnya dengan baik.

    Hasil refleksi pada siklus I rata-rata hasil belajar dalam bentuk postest belum sesuai yang diharapkan. Guru harus lebih membimbing siswa dalam menerapkan metode diskusi dengan baik, agar siswa dapat maksimal dalam melaksanakannya. Selain itu, sangat diperlukan ketegasan guru pada siswa yang terlambat masuk kelas, siswa yang tidak serius mengikuti pelajaran, serta siswa yang tidak mengumpulkan jawaban tepat pada waktunya. Siswa pun harus mampu mengerjakan soal tersebut secara mandiri. Dari hasil refleksi tersebut dan berdasarkan musyawarah peneliti dan observer dapat melihat bahwa proses pembelajaran dan hasil belajar pada siklus I belum memuaskan dan diperlukan siklus II.

    4.2 Deskripsi Hasil Siklus II

    • Perencanaan

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus II dilakukan dengan memperhatikan refleksi pada siklus I dan disesuaikan dengan program kerja SDK Ruto pada mata pelajaran Agama Katolik kelas VI serta didiskusikan terlebih dahulu dengan observer. Materi yang akan disampaikan kepada siswa pada siklus II ini adalah keanekaragaman dan kesatuan bangsa Indonesia.

    Pada siklus I permasalahan-permasalahan yang terjadi cukup kompleks, antara lain siswa belum mampu menerapkan metode diskusi dengan baik dan siswa masih malu dalam mengemukakan pendapatnya ketika berdiskusi, siswa masih ada yang bertanya dan meminjam alat tulis pada teman sewaktu mengerjakan soal dan keterlibatan siswa pada proses pembelajaran belum terlihat.

    Pada saat proses pembelajaran, masih ada siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya, bermain-main dengan mainannya dan masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru terhadap materi.

    Pada siklus II ini, guru harus lebih mampu menguasai kelas dan harus lebih mampu menjadikan siswa untuk berani berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran secara aktif , siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya ketika berdiskusi dengan kelompoknya. Guru akan bertindak lebih tegas kepada siswa yang mengganggu proses pembelajaran berlangsung agar proses pembelajaran Agama Katolik pada siklus II dapat berjalan lebih baik dari siklus I, sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

    • Tindakan

    Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 12 Pebruari  pada pukul 07.30-09.30 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan modul ajar yang sudah disusun sebelumnya. Guru membacakan absensi kehadiran siswa, dan seluruh siswa dipastikan hadir semua pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus II ini. Guru menyampaikan kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan pada siklus II ini, kemudian guru mengawalinya dengan pemberian apersepsi dan motivasi.

    Pada tahap apersepsi, guru mencoba mengulang kembali materi sebelumya. Kemudian guru mencoba menggali dan memberikan gambaran mengenai materi yang akan disampaikan pada  siklus II ini yaitu tentang keanekaragaman dan kesatuan bangsa Indonesia.

    Pada tahap motivasi guru mencoba untuk mengajukan kembali pertanyaan apa manfaat mempelajari materi ini. Pada siklus II ini ada perkembangan bahwa siswa yang mengomentari dari kelompok tersebut bertambah dibandingkan pada siklus I, walaupun komentar yang mereka utarakan masih belum lengkap. Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa beberapa siswa telah mengetahui manfaat yang terdapat pada materi yang akan diajarkan, dengan demikian diharapkan agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan serius. Kemudian guru membagikan hasil tes pada siklus I dan menyarankan kepada siswa untuk menyisipkan pujian positif tentang hasil yang diperoleh di bagian kertas jawabannya.

    Untuk mengetahui kemampuan siswa mengenai materi yang akan disampaikan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa berhubungan dengan materi pada siklus II ini. Selanjutnya, guru masuk ke materi yaitu tentang keanekaragaman dan kesatuan bangsa Indonesia. Sebelum guru menjelaskan materi tersebut, guru mempersilahkan siswa untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang belum dipresentasikan pada siklus I. Keadaan kelas menjadi gaduh, karena banyak siswa yang ingin tampil, kemudian guru memutuskan untuk menunjuk salah satu diantara mereka.

    Kemudian siswa tersebut menyampaikan hasil diskusi dengan baik, siswa yang lain pun terlihat antusias melihat hasil presentasi mereka. Setelah siswa tersebut selesai menyampaikan hasil diskusinya, guru dan seluruh siswa memberikan aplouse kepada siswa tersebut. Keadaan kelas menjadi gaduh, kemudian guru meredam kegaduhan tersebut. Selanjutnya guru menjelaskan materi tersebut dan seluruh siswa terlihat serius menyimak penjelasan guru.

    Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru membuka sesi tanya jawab. Guru memberikan pertanyaan, banyak siswa yang mengacungkan tangan dan guru memberikan kesempatan kepada salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian guru memberikan pujian positif dibarengi dengan acungan jempol untuk siswa tersebut. Guru mencoba untuk memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya. Seorang siswa mengajukan pertanyaan, lalu guru mencoba merangsang siswa lain untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya, namun tidak ada yang mau menjawabnya. Setelah dipastikan tidak ada satu siswa yang dapat menjawabnya, guru pun akhirnya menjawab pertanyaan siswa tersebut.

    Setelah guru menyelasaikan sesi tanya jawab, kemudian guru membagikan soal postest. Seluruh siswa dipastikan telah menerima soal, guru mempersilahkan siswa untuk mengerjakannya dengan alokasi waktu 15 menit. Suasana kelas tenang dan tidak terdengar lagi celetukan-celetukan yang mengganggu seperti pada siklus I. Selama siswa mengerjakan soal, peneliti memperhatikan seluruh siswa untuk dapat mengetahui siswa mana saja yang tidak mengerjakan soal. Seluruh siswa dipastikan menjawab soal dengan serius dan kejadian-kejadian yang terjadi pada siklus I tidak terulang lagi. Kondisi kelas tenang dan tertib, tidak ada lagi celetukan siswa ataupun siswa yang bertanya pada temannya. Beberapa saat kemudian satu persatu siswa telah selesai mengerjakan soal, guru lalu menyuruh siswa yang telah selesai mengerjakan soal agar segera mengumpulkan ke depan dan tidak mengganggu temannya yang belum selesai mengerjakan. Setelah seluruh siswa dipastikan telah mengumpulkan soal yang telah diisi dan dipastikan siswa dapat menjawab seluruh pertanyaan postest. Kemudian guru bersama-sama siswa mencoba untuk menjawab satu persatu pertanyaan yang ada pada soal postest. Siswa terlihat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada soal postest dan saling berinteraksi dengan temannya dalam mengemukakan jawaban masing-masing. Setelah selesai membahas soal postest kegiatan pembelajaran pada siklus II ini diakhiri dengan menyimpulkan seluruh materi yang telah disampaikan. Guru mencoba melibatkan siswa untuk turut serta memberikan kesimpulan. Banyak siswa yang ingin memberi kesimpulan. Siswa dan guru bersama-sama memberikan pujian positif atas keberhasilan yang dicapai.

    • Observasi

    Hasil observasi ditulis pada lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah peneliti melakukan pengamatan mengenai proses pembelajaran dengan penerapan metode diskusi pada siklus II dapat dilihat dari uraian hasil pengamatan berikut ini: Penataan tempat belajar sangat nyaman yaitu dengan lantai yang bersih dan pencahayaan yang cukup sudah memberikan rasa senang siswa untuk belajar yang tidak jauh berbeda dengan siklus I. Pemberian apersepsi dan motivasi yang diberikan guru sudah bagus sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran dan proses pembelajaran  sudah sesuai dengan modul ajar. Pada siklus II ini dapat diketahui bahwa siswa sudah cukup memahami proses pembelajaran karena seluruh siswa sudah mampu menerapkan metode diskusi. Itu terlihat dari banyaknya siswa yang mengacungkan tangan untuk memberikan komentar ataupun pertanyaan dari temannya. Pada siklus II ini siswa sudah mulai tenang dan tertib di kelas pada saat temannya menyajikan hasil diksusi yang telah dilakukan pada kelompoknya. Pada saat mengerjakan soal sudah tidak ada lagi siswa yang sibuk bertanya pada temannya ataupun meminjam alat tulis. Celetukan-celetukan yang sering mengganggu pun sudah tidak ada lagi. Sehingga pada saat mengerjakan soal pretest dan postest kelas sangat kondusif. Pada siklus II, siswa terlihat aktif dan turut berperan serta dalam proses pembelajaran. Siswa pun ikut berpartisipasi pada saat pemberian kesimpulan akhir. Siswa sudah semakin memahami menggunakan pujian positif, terlihat besarnya antusias siswa ingin menuliskan pujian positif bagi dirinya di dalam buku.

    Hasil rata-rata pretest dan postest pada siklus II ini telah meningkat dari siklus I. Hasil belajar tiap individupun meningkat dan pada postest sebagian besar skor hasil belajar telah mencukupi.

    Adapun nilai rata- rata pretest pada siklus II ini, yang mendapat nilai (75-100) 93% dan yang mendapat nilai rata-rata postest ( 74-50 ) adalah 6% dengan demikian nilai siswa kelas VI sebagian besar sudah melebihi IKM yang berlaku di SDK Ruto.

     

    • Refkeksi

    Secara garis besar kegiatan proses pembelajaran dengan penerapan metode diskusi pada siklus II telah berhasil seperti nilai postest mencapai 93% .

    Selain itu siswa sudah mulai terbiasa dengan menerapkan metode diskusi. Antusias siswa dalam proses pembelajaran pada siklus II sudah sangat baik, sehingga siswa terlihat aktif dari awal proses pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran. Keadaan kelas juga sudah menunjukkan hasil memuaskan, pada siklus II ini suasana kelas lebih tenang dan tertib daripada siklus I karena siswa sudah bisa menghargai ketika temannya sedang menyajikan hasil diskusi kelompok. Ketika mengerjakan soal postest pun siswa sudah mulai serius dan tidak ada lagi yang sibuk bertanya pada teman sebangkunya.

    Hasil postest sudah lebih baik dari siklus I namun belum mencapai kategori tinggi sekali seperti yang diharapkan peneliti. Hasil refleksi pada siklus II adalah guru harus terus membiasakan siswa dalam penerapan metode diskusi sehingga proses pembelajaran siswa akan lebih bermakna. Selain itu, guru juga harus memberikan semangat kepada siswa untuk terus aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung.

    Karena pada siklus II ini proses pembelajaran dengan penerapan metode diskusi, hasil belajar telah meningkat maka penelitian ini dihentikan pada siklus II.

    Berdasarkan perbandingan hasil siklus I dan siklus II, maka hasil belajar siswa Kelas VI SDK Ruto pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat ditingkatkan dengan penerapan metode diskusi. Pada siklus I nilai rata – rata yang tuntas adalah 40%, sedangkan pada  siklus II nilai rata-rata yang tuntas mencapai 94%..

    Maka, penelitian ini dicukupkan pada siklus II karena hasil postest pada siklus II sudah mencapai keberhasilan.

     

    1. SIMPUL DAN SARAN
    • Simpul

    Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Metode diskusi terbukti sangat efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran pendidikan Agama Katolik. Terlihat pada perolehah nilai postest siklus I dan nilai postest siklus (11) terjadi peningkatan persentase dari 60% menjadi 93%, karena sudah melebihi standar IKM yang dilaksanakan di SDK Ruto.
    2. Motivasi dan hasil belajar pendidikan Agama Katolik dapat ditingkatkan dengan penerapan metode diskusi. Siswa mampu mengatasi permasalahan yang yang timbul ketika diskusi berlangsung. Dengan demikian penerapan metode diskusi proses belajar lebih aktif karena sumber belajar tidak berpusat pada guru melaikan berpusat pada siswa dan guru haya sebagai fasilitator.
    • Saran
      1. Guru

    Dalam setiap proses pembelajaran hendaknya menerapkan metode diskusi yang menciptakan kreatifitas, agar siswa dapat terlibat pada materi yang sedang dipelajari. Sehingga tidak ada lagi siswa yang merasa jenuh dalam proses pembelajaran.

    1. Kepala Sekolah

    Kepala Sekolah diharapkan memberikan dukungan kepada guru yang akan melakukan perbaikan proses pembelajaran. Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian waktu dan pemberian media yang diperlukan dalam proses pembelajaran tersebut. Karena media dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa disetiap proses pembelajaran.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama. Widya.

    BSNP. 2006. Standar Isi. Jakarta : Depdiknas

    Depdiknas. 2003.Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

    Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta : Jakarta

    Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

    Hamalik. 2003.Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara

    Kunandar. 2009.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

    Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative

    Sardirman. 2008.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada

    Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.

    A.M, Sadirman. Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: 1997.

    37 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet ke-23, h. 42-43.

    Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

    Arikunto, Suharsimi dkk, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

    Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

    Asrori, Mohammad. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima. 2007.

    Fatra, Maifalinda dan Rozak, Abd. Bahan Ajar PLPG; Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

    1. Arsjad, Maidar dan U.S, Mukti. Pembinaan Kemampuan Berbicarra Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1988.

    Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wahana Prima, 2008.

    Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

    http://idtesis.com/metode-penelitian-tindakan-kelas/ diakses pada tanggal 13Maret 2012,pukul 13:19 WIB.

    http://www.psend.com/users/jsarwono/bab12.html diakses tanggal 13 Maret 2012,pukul16:20 WIB.

    Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2008.

    Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011.

    Masitoh dan Dewi, Laksmi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal

    Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

    Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

    Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011.

    Rasyid, Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima, 2009.

    Rozak, Abd. dkk. Komplikasi Undang-undang & Peraturan Bidang Pendidikan. Jakarta: FITK Press, 2010.

    Sahara, Siti dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

    Silberman, Mel. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2006.

    Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

    Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2010.

    Suryana, Asep dan Suryadi, Pengelolaan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

    Syarifudin, Tatang. Landasan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.

    Share to

    Related News

    PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER H...

    by Agu 14 2025

      Oleh: Klaudenthius Febryano Obar Jaman  Guru Pada Sekolah Dasar Inpres Aimere Abstrak: Tujua...

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGA...

    by Feb 17 2025

        Oleh: Damasius Yoseph Leko Loda. Guru SDI Aimere, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada  ...

    Next-Gen Consoles and Accessories for th...

    by Feb 07 2024

    Exploring the Tech-Savvy WondersThe delineation between digital and physical continues to blur, weav...

    Power Up: Advanced Charging Solutions an...

    by Feb 07 2024

    Smart Homes: Beyond Automation to AnticipationIf 2023 could be summarized in the gadget space, it wo...

    Pushing Boundaries: Gadgets That Redefin...

    by Feb 07 2024

    Exploring the Tech-Savvy WondersThe delineation between digital and physical continues to blur, weav...

    The Role of Big Data in Shaping the Busi...

    by Feb 07 2024

    Exploring the Tech-Savvy WondersThe delineation between digital and physical continues to blur, weav...

    Please write your comment.

    Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) must be filled.

    *

    *

    Other News

    Everyday Tech: Ordinary Gadgets with Extraordin...


    As the timeline of technology perpetually accelerates, 2023 emerges as a testament to human creativity and ingenuity. The realm of gadgets is no...

    07 Feb 2024

    The Best Productivity Tools for Remote Work


    As the timeline of technology perpetually accelerates, 2023 emerges as a testament to human creativity and ingenuity. The realm of gadgets is no...

    07 Feb 2024

    Laut Amarah di Tanah Pati


      Puisi: Hendrikus Makin Di tanah Pati, padi menguning menanti panen, tapi tangan penguasa memetik bukan dengan sayang— ia memetik dengan...

    15 Agu 2025

    LPKKI Nilai Peran Kejari Pekanbaru Tidak Berjal...


    ZonaInspirasi.Com – Pasca penangkapan KPK terhadap mantan Pj Walikota Pekanbaru, Risnandar Mahiwa, Sekda Pekanbaru, Indra Pomi dan lain-la...

    27 Mei 2025

    Unlikely Origins: The Humble Beginnings of Toda...


    Exploring the Tech-Savvy WondersThe delineation between digital and physical continues to blur, weaving a fabric of reality that resonates with ...

    07 Feb 2024
    back to top