admin • Feb 17 2025 • 24 Dilihat
Oleh:
Damasius Yoseph Leko Loda.
Guru SDI Aimere, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia melalui pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk siswa kelas VI SDI Aimere. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk mengetahui hasil belajar IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning(PBL).
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi untuk mengamati aktivitas belajar siswa, observasi aktivitas guru, tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan siswa adalah lembar observasi dan instrumen tes hasil belajar siswa dengan data kuantitatif sebagai analisis datanya.
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDI Aimere untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia. ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I diketahui pada pretest sebesar 41,66% dan posttest sebesar 66,6%, dan mengalami kenaikan pada siklus II preetest sebesar 81,6% dan posttest sebesar 83,3%. Jadi tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II terjadi peningkatan 16,7%, maka target yang diinginkan telah tercapai untuk ketuntasan hasil belajar siswa, karena pada akhir siklus telah mencapai sesuai target yang ditentukan yaitu 75%.
Kata Kunci: Hasil Belajar, PAK, dan Problem Based Learning (PBL).
PENDAHULUAN
Berbagai krisis multi dimensional yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia memang tidak hanya bisa dilihat dan diatasi dengan pendekatan satu dimensional. Namun demikian karena pangkal dari krisis tersebut adalah rendahnya moral, akhlak manusia manusia, maka pendidikan agama memiliki andil yang sangat besar dalam membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat. Untuk itu diperlukan pembelajaran pendidikan agama Katolik yang efektif, sehingga keberhasilan penyelenggaraan pendidikan agama berkontribusi terhadap penyiapan generasi yang memiliki etika, moral, dan perilaku yang baik. Sebaliknya, kegagalan dalam penyelenggaraan pendidikan agama akan berakibat terhadap merosotnya akhlak generasi penerus di masa yang akan datang dan pada gilirannya akan merapuhkan karakter bangsa.
Sejalan dengan cita-cita dan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada dasarnya bertujuan membimbing siswa untuk memperteguh iman sesuai ajaran iman Katolik dengan selalu memperhatikan dan menghormati agama dan kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarumat beragama dalam masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya semangat persatuan dan kesatuan nasional.
Dalam proses pembelajaran agama diharapkan tidak hanya menambah wawasan atau pengetahuan keagamaan Katolik, tetapi juga mengasah keterampilan beragama dan mewujudkan sikap beragama peserta didik. Tentu saja sikap beragama yang utuh dan berimbang, mencakup hubungan manusia dengan penciptanya dan hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.
Tak hanya itu, tujuan setiap proses belajar mengajar adalah diperbaikinya hasil belajar yang optimal. Hal ini akan dicapai apabila peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun emosi. Pada tataran inilah, proses pembelajaran komponen utamanya adalah guru dan siswa. Supaya proses pembelajaran berhasil guru harus membimbing siswa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan struktur pengetahuan mata pelajaran yang di pelajari.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas, dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang berlangsung di SDI Aimere, sampai saat ini pada dasarnya menggunakan beberapa metode pembelajaran. Baik pembelajaran klasikal yang berlangsung di kelas, demonstrasi ataupun praktikum di laboratorium. Hal ini sudah barang tentu disesuaikan dengan Standar Kompetensi yang diajarkan sesuai dengan acuan pemerintah. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik sebagai salah satu mata pelajaran yang memerlukan pemahaman teori dan kecermatan paling tidak diperlukan inovasi pembelajaran secara terus menerus jika ingin menghasilkan tujuan yang maksimal.
Keterampilan guru dalam menerapkan beberapa metode dalam pembelajaran sangat mutlak dibutuhkan. Keterlibatan langsung siswa dalam proses menemukan konsep-konsep pemahaman teori Pendidikan Agama Katolik akan lebih bermanfaat bagi tertanamnya pengetahuan. Penerapan pembelajaran secara kolaboratif dalam proses belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) diharapkan mampu memberikan peningkatan hasil pembelajaran.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan untuk mempermudah pemahaman pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru saat akan mengajar akan memberikan hasil yang baik jika diterapkan dengan baik, khususnya model-model belajar yang akan digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran kolaboratif dapat dilakukan di sekolah dengan memperhatikan faktor pendukung yang tersedia di sekolah. Pembelajaran klasikal yang cenderung banyak berlangsung saat ini akan menjadi lebih bervariasi jika guru mampu memadukan keberadaan metode dan peralatan bantu lain yang tersedia di sekolah. Motivasi belajar siswa pun diharapkan akan menjadi lebih baik jika guru mampu menerapkan pembelajaran secara kolaboratif dalam prosesnya.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang dilaksanakan secara kolaboratif diharapkan memberi perubahan yang cukup berarti dalam proses pencapaian hasil. Kesiapan guru sebagai pengajar dalam prosesnya, siswa, serta keberadaan sarana pendukung pembelajaran yang saling mendukung menjadi kunci pokok keberhasilan tercapainya PTK ini. Atas dasar pencapaian tujuan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa yang masih rendah penulis tertarik untuk melakukan PTK dengan melakukan proses Kolaboratif dalam pembelajaran yang berlangsung terhadap siswa. Sebuah judul yang coba peneliti angkat dalam PTK ini adalah: “Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia Melalui Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Siswa Kelas VI SDI Aimere.”
TINJAUAN TEORI
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Belajar merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Nurlina Ariani, dkk, 2022:1-2).
Setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan pastinya bertujuan untuk mendapatkan suatu hasil belajar untuk menetukan suatu keberhasilan dalam belajar. Pengertian hasil belajar menurut ahli yaitu menurut Dimyati dan Mujiono dalam I putu Ade (2022:9), hasil belajar merupakan hasil dari interaksi antara tindakan belajar yang dilakukan oleh siswa dan tindakan mengajar yang dilakukan oleh pendidik. Dari sisi pendidik atau guru, tindak mengajar diakhiri dengan melakukan suatu evaluasi hasil belajar sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Tentunya, hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Berikut ini penjelasan tentang 3 aspek kemampuan dari benyamin bloom yang dirangkum Sujana (2023:22) sebagai berikut:
Prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur. Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, antara lain:
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang maksimal, perlu adanya upaya guru dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat. Karena, metode pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Nurlina Ariani, dkk, 2022:91). Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memecahkan permasalahan adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Menurut Arden Simeru, dkk (2023:87) bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang ditandai dengan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk siswa belajar berpikir kritis, terampil dalam memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan.
Didukung pendapat yang sama dikemukakan oleh Nurlina Ariani, dkk (2022:91) menjelasakan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang berbasis masalah, yakni pembelajaran berorientasi “learner centered” dan berpusat pada pemecahan suatu masalah oleh siswa melalui kerja kelompok. Metode PBL ini dilakukan dalam kelas kecil, siswa diberikan kasus untuk menstimulasi diskusi kelompok. Kemudian siswa mengutarakan hasil pencarian materi terkait kasus dan didiskusikan dalam kelompok.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan ini dilaksanakan di SDI Aimere, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDI Aimere semester ganjil Tahun Pelajaran 2024/2025, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia.
Prosedur penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), menggambarkan suatu proses yang dinamis yang meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi, refleksi yang merupakan langkah-langkah yang berurutan dalam satu siklus ke siklus berikutnya. Dalam hal ini peneliti mendesain pelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam proses mengajar di dalam kelas. Adapun dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan proses perbaikan secara terus menerus atau tindakan berulang (siklus).
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya. Tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi (Arikunto, 2022:16).
Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan beberapa data yang diinginkan. Data hasil belajar akan diambil setelah dilakukan tes hasil belajar yang dilakukan setiap akhir siklus. Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi, tes, dan dokumentasi.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan siswa adalah lembar observasi dan instrumen tes hasil belajar siswa dengan data kuantitatif sebagai analisis datanya.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia dari siklus ke siklus. Target yang ingin dicapai pada indikator ini adalah peningkatan hasil belajar siswa ditandai dengan tercapainya kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia dengan nilai ≥75 mencapai 75%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut merupakan rangkuman hasil penelitian dan pembahasan yang mendeskripsikan penggunaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya. Tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia dari siklus ke siklus. Target yang ingin dicapai pada indikator ini adalah peningkatan hasil belajar siswa ditandai dengan tercapainya kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia dengan nilai ≥75 mencapai 75%.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik Pada Pokok Bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia.
Peneliti merancang pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning. Pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Data kegiatan pembelajaran ini untuk mengetahui pemahaman siswa diukur melalui hasil tes yang dilakukan pada siklus I dan siklus II.
Penilaian hasil belajar siswa didasarkan pada kemampuan siswa dalam mengerjakan soal pretest dan posttest yang sudah diberikan guru kepada siswa kelas IV dengan jumlah 12 siswa pada siklus I. Data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1
Hasil Belajar Pretest dan Posttes Siklus I
No
|
Keterangan | Siklus I | |
Pretest | Posttest | ||
1 | Rata-rata | 69,16 | 73,33 |
2 | Skor tertinggi | 80 | 80 |
3 | Skor terendah | 50 | 60 |
4 | Tingkat ketuntasan | 41,66% | 66,6% |
Untuk lebih jelasnya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik pokok bahasan “Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia” kelas VI SDI Aimere dengan menggunakan model Problem Based Learning kelas IV MI Islamiyah Sumberrejo Lampung Timur dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 1
Hasil Belajar Pretest dan Posttes Siklus I
0 |
10 |
20 |
30 |
40 |
50 |
60 |
70 |
80 |
rata |
– |
rata |
Skor tertinggi |
Skor |
terendah |
Tingkat |
ketuntasan |
pretest |
posttest |
Berdasarkan tabel 1 dan grafik 1 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai >75 yang masuk dalam kategori tuntas belajar sebanyak 41,66% pada pertemuan pertama. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai <75 dan belum masuk kategori tuntas sebanyak 58,3%. Kemudian pada pertemuan kedua meningkat sebanyak 66,6% siswa yang masuk dalam kategori tuntas belajar.
Meskipun hasil belajar siswa banyak yang belum mencapai target, dapat di lihat dari hasil tes siklus I ini mengalami peningkatan dari presentase ketuntasan siswa sebelum dilakukannya tindakan atau pada saat peneliti melakukan prasurvey di MI Islamiyah Sumberrejo Lampung Timur adalah 60%. Sedangkan setelah dilakukannya tindakan pada siklus I tingkat ketuntasan siswa mengalami peningkatan menjadi 66,6%.
Penilaian hasil belajar siswa didasarkan pada kemampuan siswa dalam mengerjakan soal pretest dan posttest yang sudah diberikan guru kepada siswa kelas VI SDI Aimere dengan jumlah 12 siswa diakhir siklus II. Adapun data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.
Hasil Belajar Pretest dan Posttes Siklus I
No
|
Keterangan | Siklus I | |
Pretest | Posttest | ||
1 | Rata-rata | 81,6 | 85,83 |
2 | Skor tertinggi | 85 | 90 |
3 | Skor terendah | 60 | 60 |
4 | Tingkat ketuntasan | 75% | 83,3% |
Grafik 2
Hasil Pretes dan Posttes Siklus II
0 |
,00% |
2000,00 |
% |
4000,00 |
% |
6000,00 |
% |
8000,00 |
% |
10000,00 |
% |
Rata |
– |
rata |
Skor tertinggi |
Skor terendah |
Tingkat |
ketuntasan |
81 |
,66% |
85 |
60 |
75 |
% |
85 |
,83% |
90 |
60 |
83 |
,30% |
Pre |
– |
test |
Post |
– |
test |
Berdasarkan tabel 2 dan grafik 2 di atas terlihat bahwa setelah pelaksanaan pembelajaran selama 2 kali pertemuan pada siklus II dengan menerapkan model Problem Based Learning bahwa yang memperoleh nilai >75 atau dikategorikan tuntas belajar pada preetes pertemuan pertama sebanyak 75%. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai <75 dan belum tuntas sebanyak 25%.
Kemudian pada posttest yang memperoleh nilai >75 atau dikategorikan tuntas belajar pertemuan kedua 83,3% dan kemudian siswa yang memperoleh nilai <75 dan belum tuntas sebanyak 16,6%. Hasil ini menunjukan bahwa pada siklus II, ketuntasan hasil belajar siswa pada Pendidikan Agama Katolik pokok bahasan “Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia” telah mengalami peningkatan dari siklus I.
Adanya peningkatan ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes tertulis sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar dengan bersungguh-sunguh dan rewerd yang diberikan guru juga mempengaruhi belajar siswa. Didukung pula dari hasil pengamatan oleh observer pada kegiatan siklus II ini didapatkan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning pembelajaran sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh setelah pelaksanaan pembelajaran pada Pendidikan Agama Katolik pokok bahasan Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia, dapat diketahui bahwa hasil penelitian mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Berikut ini hasil penelitian diperoleh rata-rata persentase kegiatan guru dengan menggunakan model Problem Based Learning pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3
Rata-Rata Presentase Kegiatan Mengajar Guru
Siklus I dan Siklus II
No | Komponen Analisis | Siklus | Peningkatan | |
I | II | |||
1 | Pertemuan I | 61% | 80.7% | 19,7% |
2 | Pertemuan II | 67% | 88,4% | 21,4% |
Rata-Rata | 64% | 84,5% | 20,5% |
% |
61 |
,00 |
% |
67 |
% |
0 |
,0 |
64 |
80 |
,70% |
88 |
,40% |
84 |
,50% |
% |
0 |
9 |
1 |
,7 |
2 |
,40% |
1 |
0 |
,50% |
2 |
0 |
,00% |
10 |
,00% |
,00% |
20 |
30 |
,00% |
,00% |
40 |
,00% |
50 |
60 |
,00% |
,00% |
70 |
80 |
,00% |
90 |
,00% |
% |
100,00 |
pertemuan 1 |
pertemuan 2 |
Peningkatan |
siklus I |
siklus II |
Rata |
– |
Rata |
Berdasarkan tabel 3 dan grafik 3, dapat diketahui bahwa rata-rata persentase kegiatan guru dan aspek yang diamati mengalami peningkatan pada setiap siklus. Nilai rata-rata persentase kegiatan guru pada siklus I sebesar 64% dan meningkat sebesar 84,5% pada siklus II menjadi 20,5%.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran mengalami peningkatan akibat adanya upaya perbaikan yang dilakukan oleh guru setelah merefleksi hasil pelaksanaan siklus I. Peran guru dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini karena guru memegang peran penting dalam mengatur jalannya pembelajaran, dari proses perencanaan samapi proses penilaian. Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran merupakan suatu keharusan bagi guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata persentase hasil belajar siswa kelas VI SDI Aimere dengan menggunakan model problem based learning pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4
Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
No |
Indikator |
Nilai Tes | |||
Siklus I | Siklus II | ||||
Pretest | Posttest | Pretest | Posttest | ||
1 | Rata-Rata | 69,16% | 73,33% | 81,6% | 85,83% |
2 | Skor Tertinggi | 80 | 80 | 85 | 90 |
3 | Skor Terendah | 50 | 60 | 60 | 60 |
4 | Ketuntasan | 41,66% | 66,6% | 75% | 83,3% |
Dari hasil penelitian, tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I diketahui pretest sebesar 41,66%, dan posttest sebesar 66,6 % sedangkan pada siklus II tingkat hasil belajar siswa pada pretest mengalam peningkatan yaitu sebesar 85,83% dan posttest mengalami kenaikan sebesar 83,3%. Jadi tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II terjadi peningkatan 16,7%, maka target yang diinginkan telah tercapai untuk ketuntasan hasil belajar siswa, karena pada akhir siklus telah mencapai sesuai target yang ditentukan yaitu 75%.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui model Problem Based Learning, siswa dapat memahami materi Pendidikan Agama Katolik pada pokok bahasan aku bangga sebagai bangsa Indonesia. Selain itu pembelajaran melalui model Problem Based Learning sangat menyenangkan bagi siswa karena pembelajaran berlangsung secara aktif.
Peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa mampu menerima pembelajaran yang guru laksanakan di kelas. Dengan model Problem Based Learning siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan, mengetahui informasi yang terdapat dalam materi.
Tujuan pembelajaran pada pokok bahasan “Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia pun tercapai. Tampak siswa bisa mengenal kekayaan alam dan budaya Indonesia, sehingga memiliki rasa bangga terhadap bangsa dan tanah airnya. Siswa bahkan mampu memahami ciri fisik itu menjadi salah satu identitas seseorang. Orang juga memiliki identitas sosial, misalnya anak dari Bapak A atau Ibu B yang beralamat di desa, kecamatan, dan kabupaten tertentu. Identitas sosial paling luas adalah kebangsaan atau kewarganegaraan. Jika dalam kartu identitas kewarganegaraan seseorang tertulis WNI, maka ia adalah Warga Negara Indonesia.
Selama penelitian, siswa mengikuti instruksi guru dalam pembelajaran dengan baik, sehingga aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya.
Pada Siklus I, aktivitas siswa masih belum optimal. Siswa masih cenderung beradaptasi dengan metode yang dilakukan guru. Aktivitas fisik siswa sudah dilakukan dengan baik, namun aktivitas berbicara siswa masih sangat kurang.
Pada Siklus II, aktivitas siswa semakin baik. Siswa melaksanakan diskusi dengan baik. Kegiatan bertukar pendapat atau informasi terjadi dengan baik. Terjadi interaksi yang terarah antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Siswa sudah terbiasa dengan model yang digunakan sehingga siswa merasa nyaman dan antusias dalam pembelajaran.
Dari hasil analisis pertemuan pertama dan kedua pada siklus I dan siklus II maka dapat dinyatakan bahwa model problem based learning pada aspek meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik pokok bahasan “Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia” cukup baik dan bagus untuk proses belajar mengajar dan untuk membantu mengaktifkan suasana belajar di dalam kelas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik pokok bahasan “Aku Bangga Sebagai Bangsa Indonesia” kelas VI SDI Aimere dari hasil penelitian, tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I diketahui pada pretest sebesar 41,66% dan post test sebesar 66,6%, dan mengalami kenaikan pada siklus II preetest sebesar 81,6% dan post test sebesar 83,3%.
Jadi tingkat ketuntasan hasil belajar siswa kelas VI SDI Aimere dari siklus I dan siklus II terjadi peningkatan 16,7%. Maka target yang diinginkan telah tercapai untuk ketuntasan hasil belajar siswa, karena pada akhir siklus telah mencapai sesuai target yang ditentukan yaitu 75%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2022. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit Renika Cipta: Jakarta.
Dapiyanta & Kasmudi. 2022. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk SD Kelas VI. Penerbit Kemdikbudristek: Jakarta.
Edison, Alfha. 2021. Model Problem Based Learning Solusi Meningkatkan Prestasi Belajar. Penerbit Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia: Lombok Tengah.
Gunawan, Imam. 2021. Metode penelitian kualitatif teori & praktik. Penerbit PT Bumi Aksara: Jakarta.
I Putu Ade, dkk.Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penerbit Deepublish Publisher: Yogyakarta.
Moleong. 2023. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Penerbit PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
Nurlina, dkk. 2022. Buku Ajar Belajar Dan Pembelajaran. Penerbit: Widina Bhakti Persada: Bandung.
Sugiyono. 2022. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta: Bandung.
Simaru Arden, dkk. 2023. Model-Model Pembelajaran. Penerbit CV. Budi Utama: Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 2023. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Penerbit Remaja Rosdakarya: Bandung.
Sukardi. 2022. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Penerbit Bumi Aksara: Jakarta.
Oleh: Damasius Yoseph Leko Loda. Guru SDI Aimere, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada ...
As the timeline of technology perpetually accelerates, 2023 emerges as a testament to human creativi...
As the timeline of technology perpetually accelerates, 2023 emerges as a testament to human creativi...
Mataku terbuka Dengan alam manja menyapaku Tumbuhan memberikan kenyamanan Jiwaku berseri dan bersina...
Exploring the Tech-Savvy WondersThe delineation between digital and physical continues to blur, weav...
Exploring the Tech-Savvy WondersThe delineation between digital and physical continues to blur, weav...
As the timeline of technology perpetually accelerates, 2023 emerges as a testament to human creativity and ingenuity. The realm of gadgets is no...
Smart Homes: Beyond Automation to AnticipationIf 2023 could be summarized in the gadget space, it would be the year where our homes started trul...
As the timeline of technology perpetually accelerates, 2023 emerges as a testament to human creativity and ingenuity. The realm of gadgets is no...
ZonaInspirasi.Com, Padang – Pangdam I/BB, Mayjen TNI Mochammad Hasan didampingi Asops Kasdam I/BB, Kolonel Inf Jansen P Nainggolan, meninj...
Oleh: Damasius Yoseph Leko Loda. Guru SDI Aimere, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada ABSTRAK Tujuan dari penelitian yaitu untuk ...
Very good https://is.gd/tpjNyL
Good https://is.gd/tpjNyL
Good https://is.gd/tpjNyL
Very good https://is.gd/tpjNyL
Very good https://is.gd/tpjNyL
Awesome https://is.gd/tpjNyL
Awesome https://shorturl.at/2breu
Awesome https://shorturl.at/2breu