Selembar daun pisang
tempat kita berlindung dari curah hujan
pada suatu siang
bertahun silam
di bawah selembar daun pisang hijau
dua hati bertalu rindu dan galau
menggores mimpi mimpi malam
agar hati tak kelam
Sebelum gerimis letih jilati bumi
dirimu pergi tinggalkan sekeping hati
terdampar di ruang kenang paling sepi
bara cinta merajam jiwa
mengenangmu bagai menilik sudut neraka
pada daun pisang yang telah terkoyak
kulukis sketsa seraut wajah berserak
diam tanpa gerak
menunggu retak
Basah daun pisang oleh air genangan
basah sekeping kalbu dihunus kesepian
kepergianmu serupa hujan reda tanpa pamit
aku tersudut di ruang asa paling sempit
lalu aku tanya pada tanah basah
kemana raibnya rindu kala hati gelisah
tapi tanah membisu tiada memberi tahu
aku menghidu kecewa sepanjang waktu
Sampai daun pisang itupun kering
robek tertiup angin paling hening
aku lepas sebuah cincin dari kelingking
sebab cinta telah pergi tanpa berpaling
di puncak malam aku meniti harap
kan aku dapati daun pisang baru lebih tegap
modal tuk mengenang indahmu yang telah lenyap
agar sepi bosan mendekap
Pada sisa hujan aku sembunyikan
air mata kehilangan coba ku tahan
tanpamu aku sketsa sedih dirundung pilu
mengharap kau kembali serupa menghidu candu
lalu aku biarkan hujan tak lagi turun
aku menepi pada kerontang sebuah gurun
aku titipkan salam kangen pada desau angin
semoga terwujud sebuah temu yang aku ingin
Sketsa kenang pada selembar daun pisang
bawa aku terbang jelajahi rindu tanpa ruang
demi dirimu aku rela menjelma karang
lahirkan kesetiaan dari gempuran gelombang
biarkan rindu jadi rasa paling jalang
agar suatu waktu kau ingat jalan pulang
menuju ke hatiku tanpa keraguan
tapaki tangga cinta dalam kepastian***
Blitar, 9 Mei 2024
Baca juga: Cara Membersihkan Lahan yang Terkena Layu Fusarium
No comments yet.